Di Papua, ada dua wilayah yang terkenal menghasilkan kopi arabika berkualitas. keduanya berada pada ketinggian 1.400 - 2.000 meter diatas permukaan laut, kondisi yang pas bagi kopi arabika untuk tumbuh baik. Satu di kawasan Lembah Baliem, di wilayah tengah Jaya Wijaya yang mengelilingi dikenal dengan sebutan kopi Wamena. Kedua, dilembah Kamu, wilayah Nabire yang merupakan bagian paling timur dari Dataran Tinggi Tengah, mengelilingi kota Moanemani. Deretan pohon kopi arabika yang tumbuh dikawasan ini dinaungi pohon Calliandra, Erythrina, dan Albizia. Dipastikan organik karena wilayahnya terisolasi dengan tingkat kesuburan yang tinggi.
==Dibawa Oleh Para Pastur==
Tanaman kopi ada di Nabire ada sejak 1937, bibit kopi pertama dibawaoleh misionaris dan petugas kesehatan dari Belanda. sejak itu hampir semua halaman rumah penduduk tumbuh pohon kopi arabika. menanam dan merawat kopi arabika, telah menjadi kebiasaan turun-temurun di Kabupaten Nabire dan Paniai.
Saat itu warga bersemangat menanam kopi arabika, karena hasilnya langsung ditampung oleh keuskupan, yang memasarkannya hingga kenegara asal misionaris, diantaranya Belanda, Inggris, dan Australia. Keadaan berubah sejak misionaris dan mantri kembali ke negara asalnya. Kopi=kopi arabika yang pernah juga tersohor dengan nama Kopi Murni Moenamani ini tidak memiliki pembeli. petani pun enggan mengurus kebun lagi.
Setelah berpuluh tahun pohon kopi dibiarkan liar, Oxfam melihat bahwa kopi di Nabire dan Paniai berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain rasanya yang diakui unik, masyarakatmemiliki pengetahuan dan kemampuan untuk merawat dan mendapatkan kopi yang berkualitas, kopi ini dapat dipanen tiga kali dalam setahun. Pada tahun 2007 telah diluncurkan pilot project untuk memfasilitasi akses pasar serta melakukan platihan bagi petani kopi sehingga meningkatkan kualitas dan produktifitas kebun yang terlanjur tidak terurus.
Pilot Project ini diadakan di dua kabupaten, yaitu di Nabire dan di Paniai. Pembenahan kopi arabika Nabire dan Paniai ini diawali dengan pendataan siapa saja petani kopi yang mau terlibat. kedua lembaga ini juga memfasilitasi pembelian kopi dari petani, dan mengirimkannya ke Jayapura, sebelum didistribusikan ke pembeli.
Permintaan yang datang cukup menggembirakan, diantaranya dari Jakarta, New Zealand, dan Australia, sayangnya produksinya belum mampu mengejar jumlah permintaan yang ada. Melihat besarnya potensi kopi arabika untuk meningkatkan pendapatan para petaninya, program dilanjutkan dengan nama Papua Arabican Marketing Enterprise (PAME) yang dimulai pada tahun 2011 lalu.
PAME memfasilitasi petani kopi arabika di Kabupaten Paniai, Deiyai, Dogiai dari sisi teknis untuk dapat menghasilkan kopi arabika berkualitas, hingga memperluas pemasaran. Melalui PAME diinisiasi sistem perdagangan yang adil. salah satunya dengan menambahkan biaya trasnportasi, yang selama ini menjadi kendala untuk menjual kopi komunitas.
Apapun car penyajiannya, sebagai tubruk biasa, french press, pour over, syphon, coffee maker, atau moka pot, aroma dan rasa kopi Nabire dan Paniai ini akan memikat para penikmat kopi. Cobain ajah... :)
(Dinar Apriliana)
No comments:
Post a Comment